Jumat, 11 Desember 2015

Gunung Daik ( Kepulauan Riau )

Bila Anda berkunjung ke Provinsi Kepulauan Riau, sempatkanlah bertamasya ke Kabupaten Lingga. Sebab, selain menyimpan situs-situs dan benda-benda bersejarah yang berusia ratusan tahun, kabupaten yang dijuluki Bunda Tanah Melayu ini juga memiliki berbagai destinasi wisata alam yang membuat para turis berdecak kagum tatkala melihatnya. Salah satunya adalah Gunung Daik. Secara administratif, Gunung Daik masuk dalam wilayah Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia.

Menyebut Gunung Daik, seseorang akan terkenang dengan sebuah pantun yang sangat familiar, terutama pada masyarakat rumpun Melayu: Pulau Pandan jauh di tengah/ Gunung Daik bercabang tiga/ Hancur badan dikandung tanah/ Budi baik dikenang juga. Cabang gunung yang paling tinggi disebut Gunung Daik, yang menengah dinamakan Gunung Pejantan atau Gunung Pinjam-pinjaman, dan yang paling rendah dinamakan Gunung Cindai Menangis.

Masyarakat setempat mempercayai, puncak Gunung Daik dihuni oleh mahkluk halus bernama bunian. Sedangkan para nelayan yang berada di sekitar gunung itu meyakini bahwa arwah nenek moyang mereka, yakni Datuk Kemuning dan istrinya, bersemayam di gunung tersebut. Konon, nama Lingga yang berasal dari akar kata Ling (naga) dan Ge (gigi), terilhami oleh bentuk puncak Gunung Daik yang mirip dengan gigi naga.  

Keberadaan gunung ini kian populer berkat sebuah pabrik sagu dari kabupaten tersebut yang menjadikan Gunung Daik sebagai merek dagangnya, yaitu Sagu Cap Gunung Daik. Merek tersebut merupakan jaminan sagu berkualitas, yang dari dahulu hingga sekarang banyak dikirim ke berbagai daerah, seperti Cirebon, Surabaya, dan kota-kota lainnya. Melalui merek tersebut, perlahan-lahan Gunung Daik ikut dikenal oleh masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia.

Penuh mistis, tapi eksotis. Menakutkan, namun memesona. Begitulah kira-kira kesan pelancong ketika mengunjungi Gunung Daik, gunung tertinggi di Provinsi Kepulauan Riau, yang memiliki ketinggian sekitar 1.165 meter di atas permukaan laut  (mdpl). Meskipun rute menuju gunung tersebut penuh tantangan, namun semuanya akan terbayarkan begitu memasuki kawasan hutannya yang berhawa sejuk. Kontur medan yang beragam dengan jalan setapak yang berliku-liku, mengakomodir keinginan wisatawan yang menyukai olahraga lintas alam, menyusuri lembah, memotret, berkemah, dan off road.

Sepanjang perjalanan, wisatawan akan terpesona melihat kawasan hutan yang masih perawan dengan aneka pohon besar dan kecil yang berdaun rimbun dan hijau. Di kawasan hutan ini dapat ditemukan dengan mudah berbagai jenis tumbuhan, seperti pohon cucuk atap, cantiqi, pakis hutan (diplazium esculentum/faco fem), getah merah (gutta perca/isonandra gutta), pohon aren (arenga pinnata merr), dan aneka jenis buah-buahan. Burung murai batu (copsychus malabaricus), beo (gracula religiosa), ular piton (python molurus), ular kobra (ophiophagus hannah) dan babi hutan (sus scrofa) adalah binatang-binatang langka yang masih dapat dijumpai di kawasan hutan Gunung Daik.

Sebelum sampai di kaki gunung, terdapat sebuah sungai kecil dan air terjun bernama Air Terjun Daik. Biasanya, kawasan air terjun ini digunakan oleh pelancong sebagai tempat beristirahat, selain Pos Gajeboh I dan Pos Gajeboh II. Suara gemericik air terjun yang jatuh di atas batu-batu kali, dapat mengobati rasa penat selama menempuh perjalanan. Untuk melepas gerah, pelancong juga memanfaatkan air terjun yang berair jernih ini untuk mencuci muka dan mandi.

Sesampainya di Kaki Puncak Daik, batas akhir perjalanan, pelancong akan terkesima melihat gunung nan eksotis dan penuh mistis tersebut. Biasanya, kawasan ini merupakan tempat favorit pelancong untuk berkemah. Pada sore hari, bila cuaca sedang cerah, pelancong akan berdecak kagum melihat matahari terbenam. Pada pagi hari, bila cuaca sedang cerah, pelancong juga akan terpesona melihat indahnya matahari terbit.


Bagi wisatawan yang berada di Kota Tanjung Pinang, Ibu Kota Provinsi Kepulauan Riau, dapat menuju Gunung Daik dengan naik kapal feri dari Pelabuhan Sri Bintan Pura, Tanjung Pinang, menuju Pelabuhan Mepar/Dabo, Pulau Singkep, dengan waktu tempuh sekitar 4 jam. Dari Pelabuhan Mepar, wisatawan dapat naik kapal kecil (pompong) sekitar 10 menit menuju Pelabuhan Daik, Pulau Lingga. Setelah sampai di Daik, Ibu Kota Kabupaten Lingga, perjalanan dilanjutkan dengan naik ojek menuju pintu gerbang Gunung Daik. Kemudian, wisatawan melanjutkan perjalanan menuju Gunung Daik dengan berjalan kaki. Perjalanan akan berakhir di Kaki Puncak Daik, yang oleh masyarakat setempat diberi nama Kandang Babi, yaitu sebuah lokasi yang berada di ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Puncak Gunung Daik sendiri tidak bisa didaki karena puncaknya terdiri dari bebatuan yang rapuh dan tebing yang curam.

Sebelum melakukan perjalanan menuju Gunung Daik, turis dianjurkan untuk melapor pada petugas dinas pariwisata setempat. Hal ini penting untuk memudahkan pemantauan dan koordinasi. Sebagai penunjuk jalan, turis dapat menggunakan jasa pemandu wisata (guide), baik dari dinas wisata setempat maupun masyarakat yang tinggal di sekitar gunung tersebut.

Turis disarankan untuk menyiapkan segala kebutuhan selama berada di kawasan wisata ini, seperti makanan, minuman, tenda, baju hangat, senter, korek api, dan lain sebagainya. Sebab, di sepanjang jalan menuju gunung penuh mistis tersebut tidak tersedia warung.

Sedangkan untuk akomodasi dan fasilitas yang lumayan lengkap, dapat diperoleh pelancong di Kota Daik. Di ibu kota Kabupaten Lingga ini terdapat pasar, toko kelontong, warung nasi, serta hotel dan wisma dengan berbagai tipe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar