Kota Tanjung Pinang sebagai Ibu Kota Kepulauan Riau menyimpan segudang pesona wisata, mulai dari wisata budaya, sejarah, dan bahari. Salah satu warisan bahari yang masih bertahan adalah Lomba Perahu Naga yang oleh masyarakat setempat dikenal juga dengan “Tanjung Pinang Dragon Boat Race”. Lomba Perahu Naga diadakan di Pantai Tanjung Pinang, Kota Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia.
Sejarah masuknya tradisi Perahu Naga ke kota ini tidak lepas dari pengaruh interaksi antara Kerajaan Melayu dengan kerajaan dan pedagang Tiongkok. Pada zaman dahulu, Kerajaan Melayu memiliki hubungan yang erat dengan kerajaan Tiongkok (Cina), seperti hubungan diplomatik, perdagangan, dan pendidikan. Hal ini tidak terlepas dari sikap masyarakat Melayu yang ramah dan siap menerima siapa saja seperti saudara sendiri. Dalam proses interaksi tersebut, terjadi pembauran budaya antara masyarakat pendatang dengan masyarakat setempat. Sebagai penghargaan masyarakat pendatang terhadap tuan rumah, maka mereka memperkenalkan lomba perahu khas masyarakat Tiongkok yang disebut juga dengan Lomba Perahu Naga. Seiring dengan penjajahan yang dilakukan oleh Belanda ke Kerajaan Melayu terutama di Pulau Penyengat semenjak akhir abad 19 hingga awal abad 20, membuat kegiatan ini terhenti dalam waktu yang cukup lama.
Tepat pada tahun 1992, Pemerintah Daerah Kota Tanjung Pinang kembali mengangkat kegiatan Lomba Perahu Naga yang sudah lama tenggelam. Pada awal pelaksanaannya, Lomba Perahu Naga hanya diperuntukkan bagi masyarakat di Provinsi Riau (sebelum pemekaran wilayah Provinsi Kepulauan Riau). Hal ini dilakukan, mengingat, masih minimnya atlet yang dimiliki daerah tersebut serta minimnya sponsorship dan promosi. Tetapi, tidak berselang lama kegiatan Lomba Perahu Naga yang diadakan di Tanjung Pinang diperlombakan untuk tingkat nasional dengan diikuti atlet-atlet dari berbagai provinsi di Indonesia dan negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, dan negara-negara Eropa, yaitu Inggris dan Ceko.
Pada perkembangannya, kegiatan ini selalu dilaksanakan sebagai salah satu aset budaya bahari untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke Kota Tanjung Pinang. Kegiatan yang berlangsung setiap pertengahan bulan November ini, semenjak tahun 2002 ditetapkan sebagai salah satu event tahunan Pemerintah Kota Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau.
Lomba Perahu Naga yang diadakan di Pantai Tanjung Pinang ini tergolong istimewa. Para peserta yang akan terjun dalam perlombaan, tidak diperkenankan membawa perlengkapan perlombaan sendiri, seperti perahu, alat dayung, dan perlengkapan lain. Peralatan yang dipakai dalam perlombaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab panitia. Hal ini mengingat, Perahu Naga yang akan dipakai pada lomba menggunakan Perahu Naga khas masyarakat Tanjung Pinang yang secara bentuk dan struktur sedikit berbeda dengan perahu-perahu yang dipakai dalam perlombaan Perahu Naga lainnya. Ukuran perahu tersebut terdiri dari panjang sekitar 12 meter, lebar 1 meter, dan bobot seberat 300 kg. Jumlah personel dalam satu tim berjumlah 15 (lima belas) orang, dengan komposisi 12 (dua belas) orang bertugas sebagai pendayung, 1 (satu) orang sebagai tekong/pengemudi, dan 2 (dua) orang untuk cadangan.
Berbeda dengan lomba perahu naga lainnya, rute untuk mencapai garis finis dalam perlombaan Perahu Naga Tanjung Pinang juga cukup unik. Para peserta harus mengayuh perahu sejauh 300 m kemudian berbalik kembali menempuh lintasan yang sama hingga garis finis persis di tempat start semula. Sehingga, para peserta lomba menempuh jarak sekitar 600 m untuk menjadi yang tercepat. Masing-masing peserta Lomba Perahu Naga harus menempuh rute dalam lintasan yang dibuat selebar 6 m untuk 4 Perahu Naga.
Guna menyemarakkan lomba ini, sejak tahun 2002 hingga sekarang diadakan beberapa lomba tambahan, seperti lomba kayak/kano, lomba renang dengan rute Pantai Tanjung Pinang dan Pantai Pulau Penyengat, lomba menyelam, lomba kayuh sampan tradisional, lomba sampan layar tradisional, dan lomba jong (kapal replika).
Untuk menuju lokasi perlombaan, perjalanan dapat ditempuh dengan menggunakan mobil pribadi atau angkutan kota. Jika mengggunakan angkutan kota, perjalanan dimulai dari Bandar Udara Raja Haji Fisabilillah di Kota Tanjung Pinang menuju Pantai Tanjung Pinang yang berjarak sekitar 5 km dengan waktu tempuh sekitar 15 menit.
Perlombaan ini biasanya disemarakkan dengan bazar aneka makanan dan kerajinan tangan khas Melayu. Para wistawan dapat membeli berbagai suvenir khas Melayu atau menikmati berbagai masakan khas Melayu pada kios-kios bazar yang ada di sekitar arena perlombaan.
Berhubung perlombaan yang diadakan di Tanjung Pinang berlangsung dalam bebarapa hari, maka wisatawan yang butuh penginapan dapat memanfaatkan hotel yang terdapat di kota tersebut. Pilihan hotel pun bermacam-macam, mulai dari kelas melati hingga yang berbintang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar