Minggu, 26 April 2015

Provinsi Riau



Riau adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tengah pulau Sumatera. Provinsi ini terletak di bagian tengah pantai timur Pulau Sumatera, yaitu di sepanjang pesisir Selat Melaka. Hingga tahun 2004, provinsi ini juga meliputi Kepulauan Riau, sekelompok besar pulau-pulau kecil (pulau-pulau utamanya antara lain Pulau Batam dan Pulau Bintan) yang terletak di sebelah timur Sumatera dan sebelah selatan Singapura. Kepulauan ini dimekarkan menjadi provinsi tersendiri pada Juli 2004. Ibu kota dan kota terbesar Riau adalah Pekanbaru. Kota besar lainnya antara lain Dumai, Selat Panjang, Bagansiapiapi, Bengkalis, Bangkinang dan Rengat. Riau saat ini merupakan salah satu provinsi terkaya di Indonesia, dan sumber dayanya didominasi oleh sumber alam, terutama minyak bumi, gas alam, karet, kelapa sawit dan perkebunan serat.

Ada tiga kemungkinan asal kata riau yang menjadi nama provinsi ini. Pertama, dari kata Portugis, rio berarti sungai. Pada tahun 1514, terdapat sebuah ekspedisi militer Portugis yang menelusuri Sungai Siak, dengan tujuan mencari lokasi sebuah kerajaan yang diyakini mereka ada pada kawasan tersebut, dan sekaligus mengejar pengikut Sultan Mahmud Syah yang melarikan diri setelah kejatuhan Kesultanan Malaka. Versi kedua menyebutkan bahwa riau berasal dari kata riahi yang berarti air laut. Kata ini diduga berasal dari tokoh Sinbad al-Bahar dalam kitab Seribu Satu Malam, dan versi ketiga menyebutkan bahwa kata ini berasal dari penuturan masyarakat setempat, diangkat dari kata rioh atau riuh, yang berarti ramai, hiruk pikuk orang bekerja. Besar kemungkinan nama ini memang berasal dari penamaan rakyat setempat, yaitu orang Melayu yang hidup di daerah Bintan, yang kini masuk wilayah Kepulauan Riau. Nama itu kemungkinan telah mulai terkenal semenjak Raja Kecik memindahkan pusat kerajaan Melayu dari Johor ke Ulu Riau pada tahun 1719.

Sejarah

Masa Prasejarah
Riau diduga telah dihuni sejak masa antara 10.000-40.000 SM. Kesimpulan ini diambil setelah penemuan alat-alat dari zaman Pleistosin di daerah aliran sungai Sungai Sengingi di Kabupaten Kuantan Singingi pada bulan Agustus 2009. Alat batu yang ditemukan antara lain kapak penetak, perimbas, serut, serpih dan batu inti yang merupakan bahan dasar pembuatan alat serut dan serpih. Tim peneliti juga menemukan beberapa fosil kayu yang diprakirakan berusia lebih tua dari alat-alat batu itu. Diduga manusia pengguna alat-alat yang ditemukan di Riau adalah pithecanthropus erectus seperti yang pernah ditemukan di Sangiran, Jawa Tengah. Penemuan bukti ini membuktikan ada kehidupan lebih tua di Riau yang selama ini selalu mengacu pada penemuan Candi Muara Takus di Kampar sebagai titik awalnya.

Masa pra-kolonial
Pada awal abad ke-16, Tome Pires, seorang penjelajah Portugal, mencatat dalam bukunya, Summa Oriental bahwa kota-kota di pesisir timur Sumatera antara suatu daerah yang disebutnya Arcat (sekitar Aru dan Rokan) hingga Jambi merupakan pelabuhan dagang yang dikuasai oleh raja-raja dari Minangkabau. Di wilayah tersebut, para pedagang Minangkabau mendirikan kampung-kampung perdagangan di sepanjang Sungai Siak, Kampar, Rokan, dan Indragiri, dan penduduk lokal mendirikan kerajaan-kerajaan semiotonom yang diberi kebebasan untuk mengatur urusan dalam negerinya, tetapi diwajibkan untuk membayar upeti kepada para raja Minangkabau. Satu dari sekian banyak kampung yang terkenal adalah Senapelan yang kemudian berkembang menjadi Pekanbaru, yang kini menjadi ibu kota provinsi.  
Sejarah Riau pada masa pra-kolonial didominasi beberapa kerajaan otonom yang menguasai berbagai wilayah di Riau. Kerajaan yang terawal, Kerajaan Keritang, diduga telah muncul pada abad keenam, dengan wilayah kekuasaan diperkirakan terletak di Keritang, Indragiri Hilir. Kerajaan ini pernah menjadi wilayah taklukan Majapahit, namun seiring masukkan ajaran Islam, kerajaan tersebut dikuasai pula oleh Kesultanan Melaka. Selain kerajaan ini, terdapat pula Kerajaan Kemuning, Kerajaan Batin Enam Suku, dan Kerajaan Indragiri, semuanya diduga berpusat di Indragiri Hilir.

Masa kerajaan Melayu

Kesultanan Indragiri
Kesultanan Indragiri didirikan pada tahun 1298 oleh Raja Merlang I, yang uniknya tidak berkedudukan di Indragiri, melainkan di Melaka. Urusan pemerintahan diserahkan pada para pembesar tradisional. Baru pada masa kekuasaan Narasinga II sekitar tahun 1473, para raja Indragiri mulai menetap di pusat pemerintahannya di Kota Tua. Pada tahun 1815, dibawah Sultan Ibrahim, ibu kota kerajaan dipindahkan ke Rengat, yang kini menjadi ibu kota Kabupaten Indragiri Hulu. Pada masa inilah Belanda mulai campur tangan dengan urusan internal Indragiri, termasuk dengan mengangkat seorang Sultan Muda yang berkedudukan di Peranap. 
Dengan adanya traktat perdamaian dan persahabatan yang ditandatangani pada tanggal 27 September 1938 antara Indragiri dengan Belanda, maka Kesultanan Indragiri menjadi zelfbestuur lindungan Belanda, dipimpin seorang controleur yang memegang wewenang mutlak terhadap kekuasaan lokal.

Kesultanan Siak
Kesultanan Siak Sri Inderapura didirikan oleh Raja Kecil dari Pagaruyung pada tahun 1723. Siak segera saja menjadi sebuah kekuatan besar yang dominan di wilayah Riau: atas perintah Raja Kecil, Siak menaklukkan Rokan pada 1726 dan membangun pangkalan armada laut di Pulau Bintan. Namun keagresifan Raja Kecil ini segera ditandingi oleh orang-orang Bugis pimpinan Yang Dipertuan Muda dan Raja Sulaiman. Raja Kecil terpaksa melepaskan pengaruhnya untuk menyatukan kepulauan-kepulauan di lepas pantai timur Sumatera di bawah bendera Siak, meskipun antara tahun 1740 hingga 1745 ia bangkit kembali dan menaklukkan beberapa kawasan di Semenanjung Malaya.
Di akhir abad ke-18, Siak telah menjelma menjadi kekuatan yang dominan di pesisir timur Sumatera. Pada tahun 1761, Sultan Abdul Jalil Syah III mengikat perjanjian ekslusif dengan Belanda, dalam urusan dagang dan hak atas kedaulatan wilayahnya, serta bantuan dalam bidang persenjataan. Walau kemudian muncul dualisme kepemimpinan di dalam tubuh kesultanan yang awalnya tanpa ada pertentangan di antara mereka, Raja Muhammad Ali, yang lebih disukai Belanda, kemudian menjadi penguasa Siak, sementara sepupunya Raja Ismail, tidak disukai oleh Belanda, muncul sebagai Raja Laut, menguasai perairan timur Sumatera sampai ke Laut Cina Selatan, membangun kekuatan di gugusan Pulau Tujuh. Tahun 1780, Siak menaklukkan daerah Langkat, termasuk wilayah Deli dan Serdang. Di bawah ikatan perjanjian kerjasama mereka dengan VOC, pada tahun 1784 Siak membantu tentara Belanda menyerang dan menundukkan Selangor, dan sebelumnya mereka telah bekerjasama memadamkan pemberontakan Raja Haji Fisabilillah di Pulau Penyengat.

Masa kolonial Belanda
Invasi Belanda yang agresif ke pantai timur Sumatera tidak dapat dihadang oleh Siak. Belanda mempersempit wilayah kedaulatan Siak, dengan mendirikan Keresidenan Riau (Residentie Riouw) di bawah pemerintahan Hindia-Belanda yang berkedudukan di Tanjung Pinang. Para sultan Siak tidak dapat berbuat apa-apa karena mereka telah terikat perjanjian dengan Belanda. Kedudukan Siak semakin melemah dengan adanya tarik-ulur antara Belanda dan Inggris yang kala itu menguasai Selat Melaka, untuk mendapatkan wilayah-wilayah strategis di pantai timur Sumatera. Para sultan Siak saat itu terpaksa menyerah kepada kehendak Belanda dan menandatangani perjanjian pada Juli 1873 yang menyerahkan Bengkalis kepada Belanda, dan mulai saat itu, wilayah-wilayah yang sebelumnya menjadi kekuasaan Siak satu demi satu berpindah tangan kepada Belanda. Pada masa yang hampir bersamaan, Indragiri juga mulai dipengaruhi oleh Belanda, namun akhirnya baru benar-benar berada di bawah kekuasaan Batavia pada tahun 1938. Penguasaan Belanda atas Siak kelak menjadi awal pecahnya Perang Aceh.  
Di pesisir, Belanda bergerak cepat menghapuskan kerajaan-kerajaan yang masih belum tunduk. Belanda menunjuk seorang residen di Tanjung Pinang untuk mengawasi daerah-daerah pesisir, dan Belanda berhasil memakzulkan Sultan Riau-Lingga, Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah pada Februari 1911.

Pendudukan Jepang
Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, Riau menjadi salah satu sasaran utama untuk diduduki. Bala tentara Jepang menduduki Rengat pada 31 Maret 1942. Seluruh Riau dengan cepat tunduk di bawah pemerintahan Jepang. Salah satu peninggalan masa pendudukan Jepang adalah jalur kereta api sepanjang 300 km yang menghubungkan Muaro Sijunjung dan Pekanbaru yang terbengkalai. Ratusan ribu rakyat Riau dipaksa bekerja oleh tentara Jepang untuk menyelesaikan proyek ini.

Era kemerdekaan

Revolusi nasional dan Orde Lama
Pada awal kemerdekaan Indonesia, bekas wilayah Keresidenan Riau dilebur dan tergabung dalam Provinsi Sumatera yang berpusat di Bukittinggi. Seiring dengan penumpasan simpatisan PRRI, Sumatera Tengah dimekarkan lagi menjadi tiga provinsi, yakni Sumatera Utara, Sumatera Tengah, dan Sumatera Selatan. Ketika itu, Sumatera Tengah menjadi basis terkuat dari PRRI, situasi ini menyebabkan pemerintah pusat membuat strategi memecah Sumatera Tengah dengan tujuan untuk melemahkan pergerakan PRRI. Selanjutnya pada tahun 1957, berdasarkan Undang-undang Darurat Nomor 19 tahun 1957, Sumatera Tengah dimekarkan menjadi tiga provinsi yaitu Riau, Jambi dan Sumatera Barat. Kemudian yang menjadi wilayah provinsi Riau yang baru terbentuk adalah bekas wilayah Kesultanan Siak Sri Inderapura dan Keresidenan Riau serta ditambah Kampar yang sebelumnya pada masa pendudukan tentara Jepang dimasukkan ke dalam wilayah Rhio Shu.  
Riau sempat menjadi salah satu daerah yang terpengaruh Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia pada akhir 1950-an. Pemerintah pusat menggelar Operasi Tegas dibawah pimpinan Kaharuddin Nasution, yang kelak menjadi gubernur provinsi ini, dan berhasil menumpas sisa-sisa simpatisan PRRI.  
Setelah situasi keamanan berangsur pulih, pemerintah pusat mulai mempertimbangkan untuk memindahkan ibu kota provinsi dari Tanjung Pinang ke Pekanbaru, yang secara geografis terletak di tengah-tengah. Pemerintah akhirnya menetapkan Pekanbaru sebagai ibu kota provinsi yang baru pada 20 Januari 1959 lewat Kepmendagri No. Desember 52/I/44-25.

Masa Orde Baru
Setelah jatuhnya Orde Lama, Riau menjadi salah satu tonggak pembangunan ekonomi Orde Baru yang kembali menggeliat. Pada tahun 1944, ahli geologi NPPM, Richard H. Hopper dan Toru Oki bersama timnya menemukan sumur minyak terbesar di Asia Tenggara yaitu di Minas, Siak. Sumur ini awalnya bernama Minas No. 1. Minas terkenal dengan jenis minyak Sumatera Light Crude (SLC) yang baik dan memiliki kadar belerang rendah. Pada masa awal 1950-an, sumur-sumur minyak baru ditemukan di Minas, Duri, Bengkalis, dan Petapahan. Eksploitasi minyak bumi di Riau dimulai di Blok Siak pada September 1963, dengan ditandatanganinya kontrak karya dengan PT California Texas Indonesia (kini menjadi Chevron Pacific Indonesia). Provinsi ini sempat diandalkan sebagai penyumbang 70 persen dari produksi minyak nasional pada tahun 1970-an.
Riau juga menjadi tujuan utama program transmigrasi yang dicanangkan oleh pemerintahan Soeharto. Banyak keluarga dari Pulau Jawa yang pindah ke perkebunan-perkebunan kelapa sawit yang baru dibuka di Riau, sehingga membentuk suatu komunitas tersendiri yang kini berjumlah cukup signifikan.

Era reformasi
Pada tahun 1999, Saleh Djasit terpilih menjadi putra daerah asli Riau kedua (selain Arifin Achmad) dan pertama dipilih oleh DPRD Provinsi sebagai gubernur. Pada tahun 2003, mantan Bupati Indragiri Hilir, Rusli Zainal, terpilih menjadi gubernur, dan terpilih kembali lewat pemilihan langsung oleh rakyat pada tahun 2008. Mulai tanggal 19 Februari 2014, Provinsi Riau secara resmi dipimpin oleh gubernur, Annas Maamun. Baru memimpin 7 Bulan, Annas Maamun dilengserkan setelah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Menangkap Tangan Annas Maamun dalam kasus Alih Fungsi Lahan di Kabupaten Kuansing. Saat Ini Provinsi Riau di pimpin Oleh Plt yaitu Arsyadjuliandi Rachman (Andi Rachman).  
Setelah kejatuhan Orde Baru, Riau menjadi salah satu sasaran provinsi yang akan dimekarkan. Pada tahun 2002, pemerintah menetapkan pemekaran Kepulauan Riau yang beribukota di Tanjung Pinang, dari provinsi Riau.

Kependudukan

Jumlah penduduk provinsi Riau berdasarkan data Badan Pusat Statistik Provinsi Riau tahun 2010 sebesar 5.543.031 jiwa. Kabupaten/Kota yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah Kota Pekanbaru dengan jumlah penduduk 903.902 jiwa, sedangkan Kabupaten/Kota dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kabupaten Kepulauan Meranti yakni sebesar 176.371 jiwa.

Suku Bangsa
Penduduk provinsi Riau terdiri dari bermacam-macam suku bangsa. Suku Melayu merupakan masyarakat terbesar dengan komposisi 37,74% dari seluruh penduduk Riau. Mereka umumnya berasal dari daerah pesisir di Rokan Hilir, Dumai, Bengkalis, Kepulauan Meranti, hingga ke Pelalawan, Siak, Inderagiri Hulu dan Inderagiri Hilir. Suku bangsa lainnya yaitu Jawa (25,05%), Minangkabau (11,26%), Batak (7,31%), Banjar (3,78%), Tionghoa (3,72%), dan Bugis (2,27%). Ada juga masyarakat asli Riau bersuku rumpun Minangkabau terutama yang berasal dari daerah Rokan Hulu, Kampar, Kuantan Singingi, dan sebagian Inderagiri Hulu. Juga masyarakat Mandailing di Rokan Hulu, yang lebih mengaku sebagai Melayu daripada sebagai Minangkabau ataupun Batak.
Abad ke-19, masyarakat Banjar dari Kalimantan Selatan dan Bugis dari Sulawesi Selatan, juga mulai berdatangan ke Riau. Mereka banyak bermukim di Kabupaten Indragiri Hilir khususnya Tembilahan. Di bukanya perusahaan pertambangan minyak Caltex pada tahun 1940-an di Rumbai, Pekanbaru, mendorong orang-orang dari seluruh Nusantara untuk mengadu nasib di Riau.  
Suku Jawa dan Sunda pada umumnya banyak berada pada kawasan transmigran. Sementara etnis Minangkabau umumnya menjadi pedagang dan banyak bermukim pada kawasan perkotaan seperti Pekanbaru, Bangkinang, Duri, dan Dumai. Begitu juga orang Tionghoa pada umumnya sama dengan etnis Minangkabau yaitu menjadi pedagang dan bermukim khususnya di Pekanbaru, serta banyak juga terdapat pada kawasan pesisir timur seperti di Bagansiapiapi, Selatpanjang, Pulau Rupat dan Bengkalis.  Selain itu di provinsi ini masih terdapat sekumpulan masyarakat asli yang tinggal di pedalaman dan pinggir sungai, seperti Orang Sakai, Suku Akit, Suku Talang Mamak, dan Suku Laut.

Bahasa
Bahasa pengantar masyarakat provinsi Riau pada umumnya menggunakan Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia. Bahasa Melayu umumnya digunakan di daerah-daerah pesisir seperti Rokan Hilir, Bengkalis, Dumai, Pelalawan, Siak, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir dan di sekitar pulau-pulau. Bahasa Minang secara luas juga digunakan oleh penduduk di provinsi ini, terutama oleh para oleh penduduk asli di daerah Kampar, Kuantan Singingi, dan Rokan Hulu yang berbudaya serumpun Minang serta para pendatang asal Sumatera Barat. Selain itu Bahasa Hokkien juga masih banyak digunakan di kalangan masyarakat Tionghoa, terutama yang bermukim di Pekanbaru, Selatpanjang, Bengkalis, dan Bagansiapiapi[butuh rujukan]. Dalam skala yang cukup besar juga didapati penutur Bahasa Jawa yang digunakan oleh keturunan para pendatang asal Jawa yang telah bermukim di Riau sejak masa penjajahan dahulu, serta oleh para transmigran dari Pulau Jawa pada masa setelah kemerdekaan. Di samping itu juga banyak penutur Bahasa Batak di kalangan pendatang dari Provinsi Sumatera Utara.

Agama
Dilihat dari komposisi penduduk provinsi Riau yang penuh kemajemukan dengan latar belakang sosial budaya, bahasa, dan agama yang berbeda, pada dasarnya merupakan aset bagi daerah Riau sendiri. Agama-agama yang dianut penduduk provinsi ini 
sangat beragam, diantaranya Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.  Berbagai sarana dan prasarana peribadatan bagi masyarakat Riau sudah terdapat di provinsi ini, seperti Mesjid Agung An-nur (Mesjid Raya di Pekanbaru), Masjid Agung Pasir Pengaraian, dan Masjid Raya Rengat bagi umat muslim. Bagi umat Katolik/Protestan diantaranya terdapat Gereja Santa Maria A Fatima, Gereja HKBP di Pekanbaru, GBI Dumai, Gereja Kalam Kudus di Selatpanjang, Gereja Katolik Santo Petrus dan Paulus di Bagansiapiapi, Gereja Methodist (Jemaat Wesley) di Bagansiapiapi.[butuh rujukan] Bagi umat Buddha/Tridarma ada Vihara Dharma Loka dan Vihara Cetia Tri Ratna di Pekanbaru, Vihara Sejahtera Sakti di Selatpanjang, Kelenteng Ing Hok Kiong, Vihara Buddha Sasana, Vihara Buddha Sakyamuni di Bagansiapiapi. Bagi Umat Hindu adalah Pura Agung Jagatnatha di Pekanbaru.

Pendidikan
Riau mempunyai beberapa perguruan tinggi, di antaranya Universitas Riau, Universitas Islam Riau, Universitas Muhammadiyah Riau, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Universitas Lancang Kuning, Universitas Abdurrab, Universitas Pasir Pengaraian, Universitas Islam Indragiri, Universitas Islam Kuantan Singingi, Politeknik Negeri Bengkalis serta Politeknik Caltex Riau.

Jumat, 17 April 2015

Ekowisata Taman Nasional Tesso Nilo



Taman Nasional Tesso Nilo adalah sebuah taman nasional yang terletak di provinsi Riau, Indonesia. Taman nasional ini diresmikan pada 19 Juli 2004 dan mempunyai luas sebesar 38.576 hektare.  Kawasan yang masuk wilayah taman nasional ini adalah kawasan bekas Hak Pengusahaan Hutan (HPH) yang terletak di Kabupaten Pelalawan dan Indragiri Hulu. Hingga kini di sekelilingnya masih terdapat kawasan HPH.
Terdapat 360 jenis flora yang tergolong dalam 165 marga dan 57 suku, 107 jenis burung, 23 jenis mamalia, tiga jenis primata, 50 jenis ikan, 15 jenis reptilia dan 18 jenis amfibia di setiap hektare Taman Nasional Tesso Nilo. Tesso Nillo juga adalah salah satu sisa hutan dataran rendah yang menjadi tempat tinggal 60-80 ekor gajah dan merupakan kawasan konservasi gajah.  Sepotong jalan milik PT. Riau Andalas Pulp and Paper membelah taman nasional ini. Dilaporkan bahwa pemerintah provinsi berencana untuk memutus jalan ini agar mengurangi kegiatan pembalakan liar (illegal logging).

Danau Tanjung Putus ( Kampar )

Terletak di Desa Buluh Cina, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Indonesia. Lokasi Desa Wisata  Buluh Cina berjarak sekitar 20 kilometer atau setengah jam perjalanan mengendarai mobil dari Kota Pekanbaru, ibukota Provinsi Riau. Dan berjarak sekitar 90  kilometer dari Bangkinang, ibukota Kabupaten Kampar.
Desa Wisata Buluh  Cina dibelah oleh Sungai Kampar yang dikelilingi oleh hutan tropis seluas 100  (seratus) hektare lebih. Desa Buluh Cina terbagi ke dalam tiga dusun dengan jumlah penduduk sekitar 1500 jiwa atau 300 kepala keluarga (KK). Desa Buluh Cina merupakan desa adat tertua yang mengilhami kelahiran desa-desa yang ada di sekitarnya, seperti Desa Watas Hutan, Desa Pangkalan Baru, Desa Baru, Desa  Pandau Jaya dan Desa Tanah Merah. Adat istiadat Desa Buluh Cina mirip dengan masyarakat XIII Koto Kampar (Riau) dan Minang (Sumatera Barat). Penduduk  setempat dibagi ke dalam dua suku berdasarkan garis keturunan dari pihak ibu (matrilinial),  yaitu Suku Melayu dengan pucuk pimpinan adatnya Datuk Majolelo dan Suku Domo dengan pucuk pimpinan adatnya Datuk Tumanggung. Setelah Datuk Majolelo pindah  ke Desa Watas Hutan, pucuk pimpinan adat Suku Melayu dipegang oleh Datuk  Bagindo. Sejak tahun 1997 masyarakat desa tersebut dilarang berjudi, minuman  keras dan mengkonsumsi narkoba. Kebijakan itu dibarengi dengan larangan menjual  atau menyewa kaset/kepingan VCD.
Letak Desa Buluh  Cina sangatlah unik karena diapit oleh sebelas danau dari arah utara dan selatan, yang lebarnya rata-rata 100 meter dan luasnya berkisar antara 200-3000  meter. Di sisi utara desa terdapat tiga danau, yaitu Danau Rengas, Danau Rawang  dan Danau Lagun. Sedangkan di sisi selatan desa terdapat delapan danau, yaitu  Danau Tuok Tonga, Danau Baru, Danau Tanjung Putus, Danau Pinang Dalam, Danau Pinang Luar, Danau Rayo, Danau Tanjung Baling dan Danau Bunte. Di desa ini  pengunjung bisa melihat rumah panggung khas Melayu Kampar, Balai Adat dan museum  dua suku yang berisi peralatan-peralatan yang diwariskan secara turun-temurun  dari para leluhur. Di sepanjang tepian sungai, pengunjung dapat menyaksikan anak-anak  mandi dan wanita mencuci di atas rakit-rakit. Sampan-sampan penduduk yang lalu  lalang mencari ikan atau pergi ke ladang menambah keindahan suasana desa. Pengunjung  yang tidak suka berdiam diri bisa melakukan kegiatan memancing di sehiliran  sungai Kampar atau di sebelas danau alam di yang ada di sekitarnya. Bagi yang  suka berpetualang, dapat menyusuri hutan belantara yang berisi ratusan pohon kayu  yang menjulang tinggi. Di lokasi ini pengunjung bisa menjumpai berbagai jenis pakis gajah, pinang-pinang, anggrek hutan, serta berbagai jenis satwa liar, seperti  rusa, kijang, monyet, siamang, musang, trenggiling, landak dan tupai.  Pengunjung dapat bermain bola voli di pantai yang berpasir lembut. Para pencinta alam yang ingin bermalam dapat berkemah di  tanjung-tanjung sungai.
Di Desa Buluh Cina terdapat Perpustakaan Negeri Enam Tanjung dan Aquarium Ikan Sungai yang bisa diakses oleh para pengunjung. Setiap tanggal 9 Agustus, untuk memperingati HUT  Provinsi Riau, di desa tersebut diadakan perlombaan Perahu Naga yang diikuti  oleh berbagai kalangan dan dari berbagai daerah, bahkan ada yang dari luar  negeri. Pada event tahunan itu ditampilkan berbagai atraksi kesenian  tradisional setempat dan aneka lomba pendukung lainnya.

Kerumutan : Suaka Marga Satwa di Riau, Paru-Paru Dunia

Hanya sedikit yang mengetahui, hutan suaka marga satwa ini demikian penting bagi napas dunia. Kenapa? Sederhana. Karena “Kerumutan” adalah salah satu paru paru dunia.
Selamat datang di Hutan Suaka Marga Satwa Kerumutan. Rasanya tidak berlebihan menobatkan wisata alam ini sebagai paru-paru dunia, mengingat kawasan hijaunya terbentang hingga 1.332.169 hektar atau mencapai 10 miliar meter persegi lebih. Sebuah hutan raksasa di dataran rendah yang tampak manis dengan koridor pepohonan mangrove. Untuk alasan ini pulalah, Kerumutan menjadi penyedia karbon yang ideal untuk keseimbangan alam. Tak heran, dengan semua kelebihan itu, Kerumutan diakui sebagai salah satu jaringan cagar biosfer dunia dari UNESCO sejak tahun 2009.

Danau Limbungan ( Pekanbaru )

Danau Limbungan  terletak di Kelurahan Limbungan, Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, Indonesia. Dari Kota Pekanbaru, Danau Limbungan berjarak sekitar 15 kilometer yang dapat diakses dengan menggunakan bus atau sepeda motor dengan waktu tempuh sekitar 25 menit.
Danau Limbungan  pada awalnya hanyalah sebuah bendungan air untuk tujuan pengairan. Berhubung  letaknya yang dikelilingi perbukitan dengan panorama alam yang indah, danau  buatan ini dikembangkan menjadi objek wisata air bagi penduduk Kota Pekanbaru  dan sekitarnya. Tempat ini ramai dikunjungi pada hari Minggu dan hari-hari libur  lainnya.
Panorama alamnya  indah dan berhawa sejuk membuat pengunjung nyaman dan damai berada di sana. Kerangka besi mirip  jembatan gantung yang terletak di atas danau menambah keindahan kawasan tersebut.  Pengunjung dapat menggunakan perahu motor atau perahu kayuh untuk mengelilingi  danau yang dikelilingi perbukitan hijau ini, sehingga sangat cocok sebagai  salah satu tempat tujuan wisata tirta.
Kawasan wisata ini  dilengkapi dengan berbagai fasilitas penunjang, seperti rumah makan, sepeda  air, perahu, panggung hiburan, taman bermain dan penginapan. Lokasinya  strategis karena tidak terlalu jauh dari pusat kota dan dilewati angkutan umum.

Taman Nasional Zamrud ( Siak )

Danau Zamrud Bersiap Jadi Taman Nasional. Itu sebabnya, dua danau unik yakni Danau Pulau Besar (2.416 ha) dan Danau Bawah (360 ha) yang berlokasi di daerah bernama zamrud tersebut lebih populer dengan sebutan Danau Zamrud.
Danau itu juga berada di hamparan ladang minyak bumi Coastal Plan Pekanbaru (CPP) Block yang dikelola pemerintah daerah Kabupaten Siak.
Danau Zamrud tersebut berada di Desa Zamrud, Kecamatan Siak Indrapura, Kabupaten Siak, Provinsi Riau yang berjarak sekitar 180 kilometer dari ibukota Provinsi Riau, Pekanbaru. Danau itu dapat dijangkau dalam hitungan tiga jam melalui perjalanan darat dari Kota Pekanbaru dengan menggunakan kendaraan pribadi karena tidak ada rute angkutan reguler ke kawasan tersebut.
Begitu memasuki kawasan penyangga sekitar 35 kilometer dari kawasan inti, pengunjung diharuskan meminta izin masuk ke pengelola kawasan, yakni Badan Operasi Bersama (BOB) CPP Block.
BOB CPP Sumatera Basin merupakan perusahaan konsorsium PT Bumi Siak Pusako dengan PT Pertamina Hulu yang mengeksplorasi kandungan minyak di Zamrud. Karena berada dalam kawasan ladang minyak Zamrud yang dikelola PT Bumi Siak Pusako dan Pertamina Hulu yang membentuk BOB maka kawasan danau tersebut menjadi asri dan jauh dari pencemaran meskipun airnya berwarna hitam jernih.
Kawasan ladang minyak itu dulu dikelola PT Caltex Pasific Indonesia (CPI) dan pada Agustus 2002 diserahkan pada konsorsium BOB.
Selain memiliki tampilan seindah zamrud, danau yang jauh dari pemukiman penduduk dan kebisingan kota tersebut juga memiliki panorama alam yang eksotik dan memikat serta memiliki udara yang bersih dan sejuk. Dua danau unik itu di kelilingi tanaman pinang merah dan tanaman rawa lainnya, merupakan hutan rawa primer di atas lahan gambut. Hutan rawa primer zamrud ini berada di ketinggian 100 hingga 200 meter dari permukaan air laut.
Secara geografis, lapisan tanah di tempat itu membentuk sebuah cekungan raksasa sehingga air yang berasal dari daerah di sekitarnya akan tertampung di danau.
Kawasan Zamrud masih ditemukan berbagai jenis satwa langka seperti ikan arwana emas (Schleropages formasus), ikan Balido, harimau sumatera (Pantheratigris sumatrensis), beruang merah (Helarctos malayanus), serta beraneka jenis ular.
Bahkan kicauan burung Serindit (Loriculus galgulus), yang menjadi ikon Provinsi Riau juga dapat ditemukan di kawasan ini. Uniknya lagi, pada saat sore hari ketika matahari mulai terbenam para penghuni kawasan Zamrud seperti burung elang, kera, dan harimau mulai menampakkan diri satu persatu.
Kawasan yang juga didominasi oleh tumbuhan rawa seperti bengku, rengas dan pisang-pisang itu juga menyimpan keanekaragaman satwa yang tinggi. Menurut data Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau ada 38 jenis burung yang 12 diantaranya dilindungi seperti bangau putih, enggang palung, enggang benguk, enggang dua warna, dan enggang ekor hitam.
Terdapat pula empat jenis primata dan sembilan jenis mamalia. Jenis primata yang dilindungi hanya satu yaitu siamang sedangkan jenis mamalia yang dilindungi ada tiga yaitu harimau loreng sumatera, beruang madu, dan kucing hutan.
Di dalam danau ada 14 jenis ikan, delapan di antaranya memiliki nilai ekonomi penting yaitu sipimping, selais, kayangan, tapah, baung, tomang, balido, dan gelang. Pulau Hanyut  Danau Pulau Besar dinamai sesuai dengan lokasinya karena di danau tersebut terdapat empat pulau yang terbentuk dari endapan lumpur dan tumbuh-tumbuhan.
Empat pulau tersebut merupakan pulau hanyut karena dapat berpindah tempat, terdiri atas Pulau Besar (sekitar 10 ha), Pulau Tengah (satu hektare), Pulau Bungsu (satu hektare) dan Pulau Beruk (dua hektare) karena banyak terdapat beruk (kera tidak berekor) di dalamnya. Di sekeliling danau terdapat vegetasi langka jenis pinang merah (berbeda dengan tanaman hias pinang merah yang ada, karena warnanya lebih cerah) tumbuhan khas tepian danau itu yang tidak dapat tumbuh di daerah lain.
Aneka ragam vegetasi alami yang ada di sekeliling danau serta sungai dan dalam kawasan hutan rawa gambut itu dapat dijumpai dalam kondisi utuh. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah meresmikan lokasi Suaka Margasatwa Danau Pulau Besar Pulau Bawah yang dikenal dengan kawasan Danau Zamrud menjadi Taman Nasional (TN) Zamrud. Presiden meresmikan prasasti kawasan konservasi itu pada Agustus 2007. Kepala BKSDA Riau Rahman Sidik menyatakan, perubahan status kawasan tersebut dari suaka margasatwa ke taman nasional telah disetujui. "Secara administrasi perubahan status kawasan sudah disetujui tinggal lagi masalah perluasan areal konservasi," katanya. Ia mengatakan, saat ini luas TN Zamrud 28.000 hektare yang merupakan luas dari eks Suaka Margasatwa Danau Pulau Besar Pulau Bawah dan dalam waktu dekat taman tersebut ditambah lagi perluasannya 10.000 hektare.
Menurut dia, lahan 10.000 ha merupakan lahan milik masyarakat yang telah disetujui untuk dilepaskan sebagai luasan kawasan konservasi.  Sebelum dijadikan TN Zamrud, kawasan tersebut dikukuhkan sebagai daerah suaka margasatwa (SM) yang diawali dari kekaguman Julius Tahija (almarhum), mantan Ketua Dewan Komisaris PT Caltex yang sekarang menjadi PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) akan keindahan danau tersebut. Tahija menemukan kedua danau yang menurutnya sangat liar, cantik dan tidak terjamah tersebut berada di dalam daerah operasi CPI di Sumatera hingga akhirnya ia menjadi orang pertama yang melakukan upaya konservasi kawasan itu agar dapat selalu dikagumi oleh generasi penerusnya.
Tahija bersama Dinas Kehutanan Riau dan CPI melakukan upaya konservasi kawasan dan mengajak Menteri Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup pada saat itu, Emil Salim, meninjau lokasi danau itu guna mendukung gagasan konservasi kawasan. Emil akhirnya mendukung gagasan tersebut melalui surat bernomor 812/MemPPLH/8/79 yang menjadi cikal bakal keluarnya Surat Keputusan Gubernur Riau pada November 1979 yang menetapkan kawasan tersebut sebagai hutan lindung.  Setahun kemudian kawasan itu ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa Danau Pulau Besar Danau Bawah dengan luas 25 ribu ha. Setelah dilakukan penataan batas definitif dan temu gelang pada tahun 1999 luas kawasan tersebut menjadi 28.237,95 ha yang tertuang dalam keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 668/Kpets-II/1999.
Untuk menjadi taman nasional, danau zamrud harus melakukan berbagai persiapan dengan dukungan semua pihak yang berkepentingan.  Persiapan tersebut dimulai dengan melakukan lokakakarya optimalisasi pengelolaan kawasan, kajian pentingnya perubahan suaka margasatwa menjadi Taman Nasional Zamrud, audiensi dengan Menteri Kehutanan, Menteri Lingkungan, Menteri Riset dan Teknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan lain sebagainya.  Persiapan menuju taman nasional juga dilakukan dengan menggandeng empat perusahaan pemilik hutan tanaman industri (HTI) yang mengelilingi kawasan itu agar mau memberikan sebagian kawasannya untuk perluasan konservasi sebagai syarat perubahan menjadi taman nasional. Keempat perusahaan itu adalah PT Arara Abadi, PT Riaupulp, PT Ekawana Lestaridharma dan PT National Timber dan Forest Product. Hasilnya, luas kawasan taman nasional yang diusulkan seluas 38.500 ha.  Perencanaan kawasan suaka margasatwa yang asli dijadikan kawasan inti agar fungsinya sama seperti ungsi aslinya yaitu pelestarian satwa dan plasma nutfah yang berada di dalamnya.
Sementara kawasan perluasan dijadikan zona penyangga untuk melindungi kawasan dan zona pemanfaatan untuk membangun sarana prasarana laboratorium alam dan wisata terbatas.
Pengelolaan taman nasional Zamrud direncanakan secara kolaboratif dan telah diusulkan ke Menteri Kehutanan bahwa pengelolaan kawasan ini akan melibatkan pemerintah pusat dalam hal ini departemen kehutanan, LIPI, BPPT, Kementrian Lingkungan Hidup, Pemerintah Provinsi Riau, Badan Operasi Bersama (BOB) Bumi Siak Pusako dan Pertamina Hulu, Lembaga Swadaya Masyarakat serta masyarakat tempatan.  Dengan kebersamaan dari semua elemen untuk mewujudkan pengoperasionalan Taman Nasional Zamrud maka mimpi-mimpi Tahija untuk dapat selalu dikagumi oleh generasi-generasi penerusnya dapat direalisasikan.

Rabu, 15 April 2015

Obyek Wisata Bono ( Kampar )

Objek Wisata Ombak Bono berada di Kuala Kampar, Kabupaten, Riau, merupakan satu dari sekian banyak keajaiban alam di dunia. Fenomena alam yang sejak beberapa tahun terakhir menjadi sorotan bagi khalayak ini bagai 'magnet' yang mampu 'menyedot' perhatian turis mancanegara. Ombak atau Gelombang Bono merupakan peristiwa alam yang terjadi di aliran Sungai Kampar. Menjadi daya tarik yang 'wah', dari muara pertemuan aliran air sungai dan air laut. Benturan dua sisi mengarah pada lepas pantai akibat peristiwa alam ini menghasilkan gelombang dan ombak besar yang bergulung, bergerak dari muara menuju ke arah hulu yang menakjubkan.
Gelombang Bono juga dikenal dengan sebutan "Seven Ghost" atau Gelombang Tujuh Hantu. Hal ini karena gelombang yang dihasilkan dari peristiwa alam itu, bisa mencapai tujuh gelombang berurutan dan menciptakan kubah layaknya ombak laut yang begitu mengesankan.Keunikan lainnya, adalah saat air laut bertemu dengan aliran sungai, maka secara alami akan terjadi gelombang tinggi disertai dentuman keras seperti suara petir disaat badai dengan diiringi hembusan angin kencang. "Buuuussssssttt..."
Siapa yang menyangka, dari fenomena alam ini, ternyata 'Bono' bisa menghasilkan gelombang dengan panjang gulungan lebih dari 50 kilometer dan mencapai ketinggian hingga empat bahkan enam meter. Kondisi tersebut didukung dengan kecepatan rata-rata 40 kilometer per jam. Bahkan, peselancar dunia asal Inggris, Steve King, berhasil memecahkan rekor dunia di ombak Bono pada Februari 2013. Steve King ditemani oleh dua temannya yang juga berasal dari Inggris, yakni Steve Holmes dan Nathan Maurice berhasil berselancar di atas gelombang 'Bono' dalam waktu 1 jam 4 menit menempuh jarak sekitar 20,65 km (12,8 mil).
Catatan rekor ini mengalahkan rekor Guinness World of Records sebelumnya (atas namanya sendiri) tahun 2006 dimana ia berselancar di atas gelombang Sungai Severn Bore, Inggris. Saat itu Steve menorehkan catatan berjarak 12,23 km (7,6 mil) ditambah 2,66 (1,65 mil) dengan waktu tempuh 1 jam 6 menit. Steve King, memilih ombak 'Bono' di Sungai Kampar, Provinsi Riau, untuk memecahkan rekor dunia berselancar paling panjang dan terlama di gelombang sungai karena rasa penasarannya tentang "Seven Ghost".
Beberapa peselancar internasional yang sudah pernah 'mencicipi' peristiwa alam 'Bono' berasal dari berbagai negara. Semisal Brasil, Inggris, Jerman, Prancis,  Amerika,  Kanada serta Belgia. Kemudian ada juga peselancar dari Singapura, Jepang dan Malaysia. Mereka adalah 'penggila' ombak laut yang terpana dengan kemisteriusan "Seven Ghost". Potensi alam yang begitu menakjubkan itu akhirnya dilirik oleh pemerintah. Terdapat berapa program Kementreian Pariwisata dan Pemkab Pelalawan pada tahun 2013 ini. Tujuannya, untuk pengembangan pesona objek wisata 'Bono'.
Dua target utama yang di jalankan oleh Kementrian Pariwisata untuk membangun dan memajukan objek wisata Bono diantaranya yakni membuat anjungan atau menara untuk para wistawan agar dapat melihat keindahan ombak 'Bono' dari kejauhan dan secara menyeluruh. Menara pemantau ini rencananya akan dirikan di daerah Tanjung Bau-bau pada titik atau lokasi yang dianggap strategis. Kemudian juga akan ada kegiatan sosialisasi 'masterplant'  tentang 'Bono' pada 20 Juni 2013. Hal ini adalah untuk mengkaji jumlah biaya investasi yang diperlukan dalam mengembangkan Bono sebagai sebuah destinasi wisata baru.
Selain program dari kementrian, Pemkab Pelalawan juga bakal mencanangkan dua program besar. Seperti membuat jalan lintas 'Bono' (akses) yang bagus untuk masuk dari jalan perkampungan menuju lokasi objek wisata mengesankan itu. Kemudian, Pemkab juga akan membeli beberapa speedboat (kapal cepat) dan peralatan pengamanan bagi pengunjung atau wisatawan. Untuk tahun ini, bahkan Pemkab akan mengelar suatu acara festifal yang dinamai 'bakudo bono'. Kegiatan ini merupakan acara berskala internasional yang disajikan khusus untuk parawisatawan baik lokal maupun mancanegara. Kalau tidak ada halangan, kegiatan ini akan dilaksankan pada September 2013. 'Seven Day for Seven Ghost' merupakan tema yang pantas bagi 'keanehan Bono' yang begitu 'gila'.
Kenapa tema yang menarik ini yang diangkat?, Sebab legenda yang ada di 'Bono' adalah persepsi tentang tujuh 'hantu' dengan keidentikan angka tujuh yang begitu lekat. Bahkan pesepak bola terbaik dunia sekelas Cristiano Ronaldo, begitu tenar dengan angka tujuh. Angka tujuh (seven), tentu menjadi kunci keidentikan 'Bono'. Pada Aprli 2010 (saat promosi awal) potensi ini  akan 'disulap' menjadi sebuah wisata sekaligus magnet terindah yang pernah dimiliki daerah ini.
Peralatan peselancar juga sudah ada beberapa di lokasi 'Bono' khusus untuk para 'penggila'  'Seven Ghost'. Bahkan, perlengkapan surfing telah disediakan  pemerintah setempat dengan sangat memadai. Tidak hanya itu, Pemkab juga akan membeli beberapa kapal cepat modern sehingga layak untuk difungsikan sebagai layanan turis asing. Dalam sisi promosi, agaknya Pemkab Pelalawan telah berupaya semaksimal mungkin. Bahkan Pemprov Riau, dalam waktu dekat akan mengundang sebanyak 25 perwakilan Pemerintah Provinsi se-Indonesia guna mengunjungi sang 'Bono'.
Kegiatan ini, merupakan 'gawenya' Badan Penghubung Provinsi Riau yang berada di Jakarta. Dalam kegiatan ini, Dinas Pariwisata Pelalawan diminta untuk dapat memepresentasikan objek wisata 'Bono' dalam forum khusus, disamping juga melakukan pertukaran segudang informasi dari seluruh daerah tentang potensi pariwisata di daerah masing-masing.  Kegiatan ini dianggap sangat baik, karena seluruh daerah melalui Dinas Pariwisata se Indonesia yang hadir nantiya, akan dapat membantu dearah-daerah lainnya yang memiliki objek wisata terbaharukan untuk dapat dikembangkan. Seperti 'Bono'...!   Hal itu juga seiring dengan tujuan dari program Kementrian Pariwisata, agar objek wisata yang ada di seluruh Indonesia dapat tergali dan tersaji dengan baik, sehingga diharapkan tidak hanya menjadi 'icon', namun sumber 'kesegaran' bagi promosi daerah. Bicara soal 'Bono', keterpesonaan itu bagai bintang kartun Upin-Ipin yang begitu 'mewabah' dikalangan anak bahkan dewasa. Pada waktu kegiatan pagelaran pariwisata di Den Haag, Belanda pada awal 2013 misalnya, objek wisata 'Bono' juga diperkenalkan dan dipromosikan dengan begitu 'wah'.
Di malam pagelaran seni ketika itu, tema yang diangkat untuk 'Bono' adalah 'Somewhere in Indonesia' yang berarti daerah ini merupakan suatu tempat yang indah, bahkan terindah. Saat ini, 'Bono' tidak lagi setara dengan kartun 'Upin-Ipin', namun jauh lebih tenar se-jagat raya setelah ditayangkan dalam film dokumenter yang berkisah tentang "Seven Ghost". Film dokumenter ini merupakan ciptaan pihak Kementrian Pariwisata Indonesia dan diakui memiliki prestasi yang begitu mengesankan. Dari hasil karya dan keindahan alam berselancar diatas gulungan ombak 'Bono'. Bahkan dalam festival film di Virginia, sebuah negara bagian Amerika Serika, film dokumenter tentang 'si Bono' mengalahkan sejumlah visualisasi wisata se jagat raya. Ketika itu, 'Bono' mendapat juara ketiga, sekaligus terbaik dalam konsep wisata Indonesia yang pernah ada.
Sebuah fenomena alami yang mengesankan. Meski sebenarnya peristiwa gelombang yang sama juga terdapat di beberapa negara di dunia, 'Bono' tetap memiliki daya tarik tersendiri. Tercatat dalam sejarah, ada lima gelombang yang menyerupai ombak 'Bono' Pelalawan. Untuk skala Asia, terdapat tiga lokasi, dimana dua diantaraya berada di Asia Tenggara. Seperti di Malaysia, tepatnya di wilayah Serawak, kemudian di Sungai Siantang di China. Diantara 'Bono-Bono' tersebut, gelombang 'Bono' Pelalawan berada pada posisi teratas dengan nuansa alam yang begitu membuat 'mata-mata' turis terkesima. Keindahan alam ini, merupakan kelangkaan yang harus 'dicicipi' oleh mereka yang belum pernah berkunjung ke 'Bono' Pelalawan.

Istana Siak Sri Indrapura ( Riau )

Bergeser sedikit dari pusat kota Pekanbaru, Anda bisa berkunjung ke Istana Siak Sri Indrapura. Istana yang sekarang telah menjadi tempat wisata ini adalah sisa peninggalan Kesultanan Siak yang merupakan kerajaan Islam terbesar di Riau pada abad ke-16 sampai ke-20. Istana ini disebut juga dengan Istana Asherayah Al Hasyimiyah.
Istana dibangun pada tahun 1889 oleh Sultan Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin. Bangunan utama mengadopsi gaya arsitektur Eropa, Arab dan Melayu. Tempat berlantai dua ini tampak megah meskipun telah lebih dari 100 tahun berdiri. Pada lantai satu, Anda bisa melihat koleksi kerajaan seperti patung perunggu Ratu Wilhelmina dari Belanda dan patung Sultan Syarif Hasyim I yang terbuat dari batu pualam berhiaskan berlian. Ada juga sebuah gendang yang berusia lebih dari 200 tahun. Gendang ini terakhir kali dibunyikan pada tahun 1914 saat pelantikan Sultan Syarif Kasim II.
Di lantai dua yang dahulu merupakan kamar sultan dan kamar tamu kerajaan ini sekarang berisi koleksi senjata pusaka milik sultan. Selain itu ada lukisan Napoleon Bonaparte yang dikirim langsung dari Perancis. Banyaknya benda koleksi sultan yang berasal dari Eropa ini membuktikan bahwa pada zaman dahulu, Kesultanan Siak telah menjalin kerjasama internasional.
Untuk bisa melihat koleksi di sini, Anda diharuskan membayar tiket masuk sebesar 3.000 Rupiah. Tak hanya itu, untuk bisa masuk ke bangunan utama, Anda juga harus melepaskan alas kaki karena dikhawatirkan akan merusak lantai granit istana.

Taman Nasional Bukit Tiga Puluh ( Riau )

Taman Nasional Bukit Tiga Puluh yang ada di Riau ini memiliki ekosistem yang unik dan berbeda jika dibandingkan dengan taman nasional lainnya yang ada di Indonesia. Kawasan ini merupakan peralihan antara hutan rawa dan hutan pegunungan dan juga merupakan hamparan yang terpisah dari rangkaian pegunungan. Jika berkunjung di bukit ini maka para wisatawan yang berkunjung bisa menikmati pemandangan alam dan isinya termasuk jenis binatang yang beragam seperti beruang madu, kancil, siamang, harimau Sumatra, tapir, dan jenis satwa lainnya. Jenis flora dan fauna langka yang terdapat di bukit ini merupakan kehidupan yang di lindungi oleh pemerintah.

Sungai Kampar

Mari berselancar di Sungai Kampar Riau adalah sungai panjang yang mengalir turun dari pegunungan Bukit Barisan yang membentuk tulang belakang dari Pulau Sumatera sepanjang pantai baratnya. Sungai ini kemudian liku melalui provinsi Riau, akhirnya mengalr di Selat Malaka, di pantai timur Sumatera. Seiring jalannya yang panjang sungai itu sendiri terbagi menjadi dua cabang besar yang dikenal sebagai Kampar Kanan (cabang kanan dari Kampar) dan Kampar Kiri (cabang kiri). Mereka kemudian berkumpul di Langgar di Kabupaten Pelalawan di muara Kampar ini. Di sini mereka bergabung dengan banyak sungai lain yang menyebabkan Kampar untuk menyalurkan keluar ke muara sungai lebar. Pada setiap pasang, gelombang tinggi dari laut mengalir masuk dan bertemu arus hilir Kampar. Sangat paput dicoba tempat wisata di pekanbaru ini bagi anda hobi berselancar.

Candi Muara Takus ( Kampar )

Candi muara takus adalah salah satu tempat wisata populer di kampar riau, candi ini adalah satu satunya candi yang ada di provinsi riau, candi ini akan ramai dikunjungi pada hari hari libur, terutama saat libur panjang sekolah, akan banyak sekolah yang membawa murid murid nya mengunjungi candi muara takus ini.
Candi Muara Takus Terletak di desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar atau jaraknya kurang lebih 135 kilometer dari Kota Pekanbaru. Jarak antara kompleks candi ini dengan pusat desa Muara Takus sekitar 2,5 kilometer dan tak jauh dari pinggir sungai Kampar Kanan. Kompleks candi ini dikelilingi tembok berukuran 74 x 74 meter, diluar arealnya terdapat pula tembok tanah berukuran 1,5 x 1,5 kilometer yang mengelilingi kompleks ini sampai ke pinggir sungai Kampar Kanan. Di dalam kompleks ini terdapat pula bangunan candi Tua, candi Bungsu dan Mahligai Stupa serta Palangka.

Pantai Pasir Panjang ( Bengkalis )

Sesuai dengan namanya, pantai ini memiliki pantai dengan pasir putih bersih yang sangat panjang. Pantai di Pulau Rupat lebih tepatnya di Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau ini sangat cocok untuk berwisata berjemur, olahraga air, rekreasi bersama keluarga, bersantai dan berenang menikmati keindahan pantai dan air laut yang ombaknya sedang.

Perpustakaan Soeman H.S ( Pekanbaru )

Perpustakaan Soeman H.SBerwisata ke perpustakaan? Kenapa tidak. Jangan dibayangkan Perpustakaan Soeman H.S sebagai perpustakaan kecil, penuh dengan rak buku, terasa sempit dan membosankan. Di sini, Anda akan melihat bahwa perpustakaan bisa menjadi salah satu tempat wisata sekaligus belajar yang menarik. Nama perpustakaan diambil dari nama seorang novelis asal Riau, Soeman H.S.
Bangunan perpustakaan ini terlihat sangat unik dari luar. Bentuknya menyerupai sebuah rehal atau papan alas untuk membaca Al Quran. Perpustakaan Soeman H.S terdiridari enam lantai dan memiliki berbagai fasilitas pendukung mulai dari mushola, kafe, kantin, ruang pertemuan sampai auditorium. Ada juga ruangan khusus untuk literatur budaya Melayu. Perpustakaan ini disebut memiliki koleksi literatur budaya Melayu terlengkap di Indonesia.
Perpustakaan ini tak hanya untuk orang dewasa. Silakan bawa anak-anak ke tempat wisata edukasi ini. Di sini, ada Children Library dan Kids Corner yang sangat memanjakan anak-anak. Tak perlu memiliki kartu keanggotaan untuk bisa membaca koleksi buku di sini. Anda bebas membaca buku di sofa atau lesehan, ruang baca sangat nyaman karena dilengkapi dengan AC dan akses internet gratis.
Perpustakaan Soeman H.S terletak di Jalan Jenderal Sudirman 462, Pekanbaru. Anda tak dipungut biaya untuk bisa masuk ke tempat wisata di Pekanbaru ini. Perpustakaan buka setiap hari Senin – Jumat pada pukul 08:00 – 17:00 dan hari Sabtu – Minggu pada jam 09:00 – 14:00.

Masjid Agung An Nur ( Pekanbaru )

Masjid Agung An NurMasjid megah ini memadukan arsitektur gaya Melayu, Arab, Turki dan India. Masjid Agung An Nur disebut sebagai Taj Mahal-nya Pekanbaru. Bangunan utamanya yang berukuran simetris 50 x 50 meter dengan sebuah kolam besar dan air mancur tepat di depannya membuat masjid ini mirip dengan Taj Mahal di India.
Masjid terdiri dari 3 lantai dengan dominasi warna hijau ini mampu menampung sebanyak 4.500 orang jamaah. Masjid Agung An Nur memiliki 5 buah kubah dan empat menara. Pada malam hari, masjid tampak sangat cantik dengan cahaya lampu warna-warni yang memantul di kolamnya. Yang menarik adalah adanya fasilitas free WiFi di sini.
Selain menjadi rumah ibadah, masjid ini juga menjadi salah satu tempat wisata di Pekanbaru yang banyak dikunjungi. Pada bulan ramadhan, kawasan masjid akan dijadikan lokasi ngabuburit dan dipenuhi pedagang makanan dan pakaian. Sambil menunggu waktu berbuka, Anda bisa belanja berbagai kuliner dan aksesoris seperti kopiah, tasbih, parfum dan masih banyak lagi.

Danau Pulau Besar ( Siak Sri Indrapura )

Danau Pulau Besar yang berada di Desa Zamrud, Kecamatan Siak Sri Indrapura, Riau ini juga memiliki panorama yang juga menarik dan sangat indah. Di sekitar danau ini masih ditemukan hutan yang asli dan merupakan danau dan hutan yang berstatus Suaka Marga Satwa dimana masih terdapat jenis satwa dan tumbuhan langka yang masih dilindungi pemerintah seperti salah satunya ikan arwana dan ikan balido.

Air Terjun Merangin ( Bangkiang Barat )

Air Terjun Merangin ini Terletak di desa Merangin Kecamatan Bangkinang Barat, yang merupakan objek wisata yang memiliki keindahan alam berupa air terjun dan kawasan hutan yang masih asli dengan flora yang sangat khas. Jenis objek wisata ini adalah wisata petualangan dengan menelusuri hutan sambil menikmati kesegaran dan ketenangan serta keindahan alam di dalam dan disekitar hutan tersebut. Tertarik Mencobanya?

Istana Kerajaan Gunung Sahilan ( Kampar )

Gunung sahilan adalah sebuah desa di kabupaten kampar, jika anda mengunjungi kota teluk kuantan maka anda pasti akan melewati gunung sahilan, dan ternyata di desa gunung sahilan ini memiliki objek wisata yang memiliki potensi besar yaitu istana kerajaan gunung sahilan. Tertarik Mengunjunginya?


Taman Rekreasi Alam Mayang ( Riau )

Tempat wisata ini menawarkan wahana rekreasi keluarga di alam terbuka. Taman Rekreasi Alam Mayang dikelilingi oleh perbukitan, udara sekitarnya sejuk sehingga cocok digunakan untuk bersantai bersama keluarga. Dari sini, Anda juga bisa melihat Jembatan Leighton yang melintasi Sungai Siak.
Di sini, terdapat tiga buah kolam pancing yang bisa digunakan untuk memuaskan kegemaran memancing Anda. Tak jarang tempat wisata di Pekanbaru ini dijadikan lokasi pertandingan memancing yang diadakan pemerintah setempat. Selain memancing, Anda bisa mencoba flying fox dan berbagai kegiatan outbound lainnya. Untuk kegiatan yang lebih santai, ada sepeda air dan bola air raksasa yang bisa Anda sewa.
Jika membawa anak-anak, ada arena mandi bola, taman bermain anak dan studio film 3D di tempat wisata seluas 24 hektar ini. Ada juga topeng monyet dan pertunjukan sulap badut yang menghibur Anda dan keluarga.
Taman Rekreasi Alam Mayang buka setiap hari pada mulai jam 08:00 sampai 18:00 dengan harga tiket masuk 20.000 Rupiah per orang.

Pulau Jemur ( Rokan Hilir )

Pulau Jemur ini juga merupakan obyek wisata yang sangat indah dan menawan. Pulau Jemur yang terletak kurang lebih 45 mil dari ibukota kabupaten Rokan Hilir dan juga 45 mil dari negara tetangga Malaysia ini terdapat pulau-pulau berbentuk lingkaran sehingga bagian tengahnya merupakan laut yang tenan. Pulau jemur ini sangat kaya akan hasil lautnya, selain memiliki panorama dan pemandangan yang sangat indah juga terdapat beberapa potensi wisata lainnya yaitu Batu Panglima Layar,taman laut dan pantai berpasir kuning emas, Goa Jepang, Mercusuar, dan sisa-sisa pertahanan Jepang pada jaman dulu.

Image result for Pulau Jemur

Air Terjun Aek Martua ( Pekanbaru )

Pemandangan yang sangat luar biasa yang dihasilkan oleh air terjun ini memang sangat mengagumkan sampai-sampai air terjun Aek Martua ini dijuluki dengan air terjun tangga seribu, karena air terjun tersebut memiliki banyak tingkatan air yang mengalir di bebatuan. Obyek wisata ini terletak di Kabupaten Rokan Hulu, Pekanbaru, Riau.

Danau Buatan Lembah Sari ( Pekanbaru )

Danau ini terletak di Desa Limbungan yang berjarak 10 km dari pusat kota Pekanbaru. Pada awalnya, danau ini adalah sebuah bendungan irigasi yang digunakan untuk mengalirkan air ke sawah-sawah warga sekitar. Sampai kemudian, bendungan buatan ini dijadikan salah satu tempat wisata di Pekanbaru.
Dikelilingi perbukitan, tempat wisata keluarga ini cocok digunakan untuk piknik karena ada banyak pepohonan dan udaranya sejuk. Selain menggelar tikar dan piknik, Anda bisa menyewa perahu dayung dan sepeda air untuk berkeliling danau.

Pasar Bawah ( Pekanbaru )

Pasar BawahTak lengkap jika ke Pekanbaru tanpa mampir ke ikon kota ini. Pasar Bawah merupakan pasar tradisional tertua di Pekanbaru yang terdiri dari empat lantai. Bangunan pasar ini merupakan perpaduan dari budaya Melayu dan Tionghoa. Terletak di tepi Sungai Siak dan dekat dengan pelabuhan membuat pasar ini mudah untuk diakses.
Pasar Bawah saat ini telah menjadi salah satu tempat wisata di Pekanbaru yang wajib dikunjungi setiap wisatawan yang datang. Di sini, Anda bisa menemukan aneka keramik dari Cina, karpet dari Timur Tengah dan barang-barang elektronik secondhand dari luar negeri seperti Singapura dan Malaysia yang masih layak pakai. Anda juga bisa menemukan beragam camilan khas Pekanbaru seperti lempuk durian, ikan salai, dodol kedondong bahkan cokelat dan permen dari negeri tetangga.

Hutan Wisata Rimbo Terantang ( Kampar )


Rimbo tarantang, memang tepat yang satu ini belum dikenal namun dengan keindahan alamnya tempat ini wajib anda coba ketika berkunjung ke kabupaten kampar.  Objek wisata ini berada di desa Padang Lawas yang merupakan objek wisata yang memiliki keindahan alam kawasan hutan yang masih asli dengan flora yang sangat khas. Hutan wisata ini juga berfungsi sebagai tempat penelitian. Terutama fenomena alam baik flora maupun fauna. Jenis objek wisata ini adalah wisata petualangan dengan menelusuri hutan sambil menikmati kesegaran dan ketenangan serta keindahan alam di dalam dan disekitar hutan tersebut.


Air Terjun Alahan ( Kampar )

Air Terjun Alahan merupakan objek wisata berupa keadaan Sungai kampar yang memiliki banyak jeram dengan air terjun yang sangat indah untuk dinikmati serta menarik untuk diarungi dengan menggunakan perahu khusus. Lokasi objek wisata tersebut terletak hulu sungai Kampar Kecamatan XIII Koto Kampar. Daya tarik obyek wisata ini adalah keindahan serta kesegaran udara dan yang mengundang wisatawan terutama bagi wisatawan yang memiliki jiwa petualangan dalam mengangumi keberadaan alam.

Taman Rekreasi Stanum ( Kampar )

Taman Rekereasi Stanum Merupakan sebuah tempat rekreasi yang terletak di ibukota Kabupaten Kampar Bangkinang, yang hanya berjarak 1 Km dari pusat kota. Tempatnya menarik dan strategis, yakni berada diatas perbukitan yang berhawa sejuk dengan pepohonan yang rindang. Kawasan ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas, diantaranya tempat pemandian, Musholla, Gedung Perternuan, Motel, Restoran, Panggung Hiburan, Bioskop dan Kolam Renang “INDOPURA” berskala Internasional, yang pembangunannya merupakan hasil kerjasama pemerintah Indonesia dengan angkatan udara pemerintah Singapore.

Kawasan Bangkinang Siabu

Memiliki daya tarik alam yang khas dan indah, kondisi floranya cukup terjaga dengan baik khawasan juga dijadikan pusat perternakan lebah madu yang menghasilkan tawon yang berkualitas baik, dan di dalamnya dijadikan tempat pembibitan ikan. Objek wisata ini terletak di desa Siabu Kecamatan Bangkinang Barat.

Makam Syekh Burhanuddin ( Kampar )

Makam Syeikh Burhanuddin yang Berlokasi di Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar. Almarhum Syekh Burhanuddin adalah salah seorang penyebar Agama Islam, makamnya terletak di Kuntu Lipat Kain Kabupaten Kampar. Tempat ini banyak mendapat kunjungan terutama pada hari besar Islam dan menjelang bulan Ramadhan tiba.
Objek wisata ini bisa anda tempuh kira kira 90 menit dari kota pekanbaru, lokasinya juga berdekatan dengan kota teluk kuantan yang juga berjarak kira kira 90 menit.


Image result for Makam Syekh Burhanuddin