Berkunjung ke Kabupaten Natuna, salah satu kabupaten kepulauan terluar di Indonesia, akan memberikan pengalaman menarik bagi wisatawan. Daerah ini memiliki perairan yang relatif bersih dengan lingkungan alam yang masih asri. Pada salah satu pulau terbesar di kabupaten ini, yaitu Pulau Ranai, terdapat potensi obyek-obyek wisata yang belum banyak dikenal, di antaranya Gunung Ranai dan Pantai Tanjung Ranai.
Mengunjungi pulau ini, sejak pendaratan pertama mata wisatawan akan langsung tertambat oleh bentangan lanskap alam berupa Gunung Ranai yang tampak elok menantang. Bahkan karena keindahannya, kantor-kantor Pemerintah Kabupaten Natuna seolah-olah memanfaatkannya sebagai latar belakang (background) pemandangan yang alami. Gunung Ranai terletak di Pulau Ranai, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia.
Sebagai sebuah gunung tertinggi di kawasan Natuna, Gunung Ranai tak hanya dikenal sebagai daerah pendakian yang menarik. Penduduk setempat yang umumnya bekerja sebagai nelayan juga memiliki pedoman mistis berkaitan dengan Gunung Ranai. Masyarakat percaya, apabila puncak gunung tersebut nampak diselimuti oleh awan tebal, maka perairan laut Natuna sedang tidak bersahabat. Hujan lebat, gelombang besar, bahkan badai dapat “dideteksi” melaui pertanda alam tersebut. Begitu juga sebaliknya, jika Gunung Ranai tampak dilatari langit yang cerah tanpa awan, pertanda laut sedang menyambut para nelayan untuk menangkap ikan.
Gunung Ranai merupakan gunung dataran rendah, sebab ketinggiannya berkisar antara 300—1.035 meter di atas permukaan laut (dpl). Meskipun demikian, para pelancong yang mendaki gunung ini akan menemukan fenomena menarik, yaitu gradasi jenis-jenis tanaman dari hutan dataran rendah hingga hutan dataran atas. Pada ketinggian tertentu, para pendaki akan menemukan tipe-tipe vegetasi yang memperlihatkan ciri khas pegunungan dataran atas (gunung dengan ketinggian rata-rata 2.000 meter dpl).
Menurut pengamatan tim dari Highcamp The Adventure‘s, sampai ketinggian 800 meter dpl, hutan di Gunung Ranai masih dominan ditumbuhi oleh jenis-jenis tanaman seperti meranti (dipterocarpaceae), rasamala (altingia excelsa), keruing (dipterocarpus spp.), dan turi (quercus spp.). Namun, antara ketinggian 800—968 meter dpl, akan tampak perubahan tipe vegatasi, yaitu perubahan dari tipe hutan dataran rendah ke tipe kawasan hutan dataran atas. Hal ini terlihat misalnya dari tumbuh-tumbuhan yang didominasi oleh semak, belukar, dan pohon-pohon dengan ukuran pendek seperti umumnya pada hutan dataran atas.
Fenomena alam ini biasa disebut sebagai hutan berawan dataran rendah (Lowland Cloud Forest). Hutan berawan (Cloud Forest) umumnya terjadi di wilayah pegunungan yang terdapat di pulau besar serta jauh dari pantai, atau bisa juga terjadi pada pegunungan di wilayah pulau yang kecil serta dekat dengan pantai. Tipe hutan seperti ini sebagian wilayahnya sering diselimuti oleh kabut, sehingga memungkinkan tipe-tipe vegetasi tertentu dapat tumbuh di kawasan gunung tersebut.
Untuk mencapai puncak Gunung Ranai, para pendaki harus melampaui tiga puncak berupa tebing batu dengan ketinggian yang berbeda-beda. Puncak pertama bernama Puncak Serendit dengan ketinggian 968 meter dpl. Puncak ini merupakan gugusan tebing dengan tinggi mencapai 100 meter. Puncak selanjutnya adalah Puncak Erik Samali yang berada pada ketinggian 999 meter dpl. Puncak ini merupakan tebing kedua dengan tinggi tebing sekitar 150 meter. Sementara puncak ketiga (puncak tertinggi) bernama Puncak Datuk Panglima Husin, terletak pada ketinggian 1.035 meter dpl. Seperti dua puncak sebelumnya, Puncak Datuk Panglima Husin juga merupakan tebing dengan ketinggian kira-kira 200 meter.
Para pendaki yang ingin menjajal tantangan Gunung Ranai sebaiknya berhati-hati dengan kondisi cuaca yang berubah-ubah. Sebab, tak jarang para pendaki harus rela turun sebelum mencapai puncak teratas akibat didera angin kencang dan diselimuti kabut tebal. Keputusan untuk mendirikan tenda atau menginap di atas gunung juga harus mempertimbangkan banyak faktor, seperti ketersediaan bahan logistik, peralatan yang cukup, dan kondisi cuaca yang bersahabat. Selain mendaki Gunung Ranai, wisatawan juga dapat menikmati panorama Kota Ranai dari ketinggian melalui obyek wisata Bukit Batu Sindu.
Pulau Ranai merupakan lokasi pusat Pemerintahan Kabupaten Natuna. Pulau ini berjarak sekitar 562 km dari Kota Tanjungpinang atau sekitar 589 km dari Kota Batam. Perjalanan menuju pulau ini dapat ditempuh dengan kapal laut maupun pesawat udara. Untuk transportasi laut, telah ada kapal laut dengan rute Tanjungpinang-Natuna. Hanya saja, kapal laut tersebut dapat mengundurkan jadwalnya karena cuaca buruk. Terutama pada bulan Oktober—April, di mana sedang berlangsung musim angin utara, biasanya perjalanan dapat terganggu oleh curah hujan yang tinggi, gelombang besar, maupun badai. Selain kapal laut, wisatawan juga dapat memanfaatkan penerbangan Riau Air Lines (RAL) dengan rute Pekanbaru-Tanjungpinang-Ranai (PP) atau Pekanbaru-Batam-Ranai (PP) yang melayani penerbangan setiap hari. Setelah mendarat di Bandara Perintis Pulau Ranai (bandara yang dikelola oleh TNI-AU), wisatawan dapat melanjutkan perjalanan dengan mobil sewaan menuju Gunung Ranai.
Para pendaki gunung yang ingin mendirikan tenda dapat memanfaatkan puncak-puncak gunung yang kondisinya cukup landai. Namun, apabila memerlukan tempat penginapan, para pelancong dapat memperolehnya di Kota Ranai. Di Ibu Kota Kabupaten Natuna ini, wisatawan juga dapat menemukan berbagai fasilitas seperti pusat perkantoran Pemda Natuna, pusat-pusat perbelanjaan, tempat-tempat ibadah, perbankan, serta rumah makan. Untuk jaringan telepon seluler, wisatawan tak perlu khawatir, karena di Kota Ranai juga telah dibangun jaringan BTS (Base Transciever Station) untuk memperlancar jaringan telekomunikasi di daerah ujung utara Indonesia ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar