Pulau Bintan tidak hanya terkenal dengan kawasan pantainya yang elok, tetapi juga terkenal dengan keindahan dan keaslian lingkungan alamnya. Keaslian kawasan hutan bakau menjadi salah satu ciri khas Pulau Bintan. Hutan bakau di Pulau Bintan yang masih kaya akan flora dan fauna ini pernah dinobatkan sebagai obyek wisata ekologi terbaik dengan meraih penghargaan bergengsi, yaitu PATA Gold Award 2003. Salah satu kawasan di Pulau Bintan dengan kualitas hutan bakau yang masih bagus ada di sepanjang Sungai Sebong. Dengan potensi yang dimilikinya, Pemerintah Kabupaten Bintan menetapkan kawasan ini sebagai bagian dari obyek-obyek wisata andalan di Kabupaten Bintan. Daya tarik kawasan wisata ini kian bertambah setelah beberapa tahun belakangan masyarakat setempat memanfaatkannya sebagai lokasi untuk wisata memancing. Wisatawan akan disuguhi bagaimana nelayan setempat memeragakan kebolehannya dalam menangkap ikan. Untuk menarik perhatian para wisatawan, nelayan setempat sengaja tidak menggunakan perlengkapan modern, melainkan memilih menggunakan alat-alat penangkap ikan tradisonal.
Kegiatan wisata ini sangat sederhana. Nelayan setempat hanya membawa wisatawan mengarungi Sungai Sebong dengan menggunakan sampan (perahu tradisional) sembari dia memeragakan keahliannya dalam menangkap ikan. Di Sungai yang tenang dan dikelilingi oleh hutan bakau ini, wisatawan juga dapat menyaksikan aneka satwa menari-nari lincah di pohon-pohon bakau menunjukkan ketangkasannya seakan-akan tak mau kalah dengan kecekatan para nelayan dalam menangkap ikan.
Berwisata di Sungai Sebong melihat para nelayan setempat menangkap ikan sungguh merupakan pemandangan yang menarik. Wisatawan akan disuguhi beberapa teknik menangkap ikan dengan menggunakan alat-alat tradisional, seperti tangkul, bubu, dan jala. Tangkul merupakan jaring lebar berukuran sekitar 10 x 8 m yang digunakan khusus untuk menangkap ikan belanak. Tangkul biasanya dioperasikan minimal dua orang. Nelayan harus menunggu ikan melewati tangkul ini, kemudian setelah ada tanda-tanda bahwa ikan belanak telah terjebak di dalamnya, maka seketika para nelayan akan menarik tangkul secara serentak. Biasanya, kegiatan‘nangkul‘ ini dapat memakan waktu 6 sampai 8 jam, tergantung seberapa sering ikan melewati jaring raksasa ini.
Masih di lokasi yang sama, wisatawan juga dapat melihat cara lain menangkap ikan dengan menggunakan bubu dan jala. Bubu adalah perangkap ikan yang terbuat dari kayu nipah, sebuah alat yang biasanya digunakan untuk menangkap Kepiting Bakau. Sedangkan jala digunakan para nelayan untuk menangkap udang. Setelah satu-persatu teknik menangkap ikan selesai diperagakan, para nelayan biasanya menawari dan mengajak wisatawan untuk mencoba memeragakan teknik-teknik menangkap ikan tersebut.
Perjalanan wisata yang biasanya berdurasi 2,5 jam ini juga akan mengantarkan wisatawan menyisir pemandangan alam sepanjang Sungai Sebong yang memiliki kekayaan flora dan fauna mengagumkan. Selama perjalanan, wisatawan dapat menyaksikan aneka jenis pohon bakau, kera, burung bangau, ular, biawak, burung “Raja Udang”, yang masih banyak berkeliaran di kawasan ini. Kekhasan lainnya dari Sungai Sebong ini adalah adanya pohon yang oleh masyarakat setempat disebut pohon kacang-kacang, pohon yang daunnya menjadi makanan kunang-kunang, sejenis serangga yang badannya mengeluarkan sinar pada malam hari. Jika wisatawan tertarik untuk menyaksikan kunang-kunang ini, maka trip malam hari dapat menjadi pilihan. Melalui pemandu wisata yang menyertai perjalanan, wisatawan akan diajak mengenali lebih detail setiap informasi yang terkait dengan ekosistem hutan bakau yang ada di Sungai Sebong ini.
Di akhir perjalanan wisata, wisatawan akan disuguhi makanan khas daerah Bintan, seperti Mie Lendir dan Siput Gonggong. Sembari menikmati makanan, wisatawan akan dihibur oleh penari lokal dengan tarian tradisional Melayu. Wisatawan juga dipersilakan untuk ikut menari bersama bagi mereka yang tertarik. Sebelum pulang, wisatawan akan diajak singgah di sebuah kelong atau bangunan khas nelayan Melayu, yang di dalamnya terdapat beberapa outlet yang menawarkan souvenir khas Bintan buatan para ibu-ibu setempat.
Satu hal lagi yang membuat perjalanan wisata di Sungai Sebong ini terasa istimewa adalah mekanisme pelayanan pariwisata yang telah tersusun secara rapi. Masing-masing anggota masyarakat yang terlibat bekerja sesuai dengan peran dan bidang keahliannya masing-masing. Nelayan bertugas mendayung sampan dan melakukan atraksi menangkap ikan, pemandu bertugas memandu acara dengan baik, penari menampilkan tarian Melayu, dan ibu-ibu bertugas membuat makanan dan benda-benda kerajinan. Mereka yang terlibat dalam kegiatan wisata ini menerima pendapatan sesuai dengan perannya masing-masing, yang nominalnya telah ditentukan secara bersama.
Untuk menuju Pulau Bintan, wisatawan biasanya harus transit terlebih dahulu di Pulau Batam, karena Batam telah menjadi semacam pintu masuk menuju Pulau Bintan. Akses menuju Batam terbilang mudah, karena Batam memiliki Bandara Udara Internasional Hang Nadim yang setiap hari terdapat rute penerbangan dari kota-kota besar di Indonesia maupun dari luar negeri. Jika wisatawan menggunakan jalur laut, banyak rute menggunakan kapal ferry menuju Batam, terutama dari kota-kota di Sumatra, seperti dari Pekanbaru, Dumai, Pulau Karimun, Pulau Natuna, Palembang, dan Kuala Tungkal di Jambi. Dari negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia, akses menuju Batam malah jauh lebih mudah, karena cukup naik kapal ferry satu kali.
Dari kota Batam, perjalanan ke Bintan terlebih dahulu harus melewati pelabuhan penyeberangan Telaga Punggur, menggunakan taksi dengan biaya antara Rp 60.000—Rp 65.000. Sesampainya di Pelabuhan Telaga Punggur, pengunjung dapat menyeberang ke Pulau Bintan dengan menggunakan kapal ferry menuju Pelabuhan Sri Bintan Pura di Kota Tanjung Pinang, kota yang ditetapkan sebagai Ibu Kota Propinsi Kepulauan Riau. Sarana angkutan penyeberangan Telaga Punggur—Sri Bintan Pura beroperasi setiap hari, mulai dari jam 7.30 pagi hingga jam 8 malam, begitu juga sebaliknya. Wisatawan dapat memilih menggunakan ferry yang berukuran agak besar, atau memilih menggunakan speed boat yang berukuran lebih kecil. Pengelola jasa transportasi ini juga fleksibel dalam menentukan tarif. Pengunjung dapat membeli tiket untuk sekali jalan sebesar Rp 35.000 per orang, atau sekaligus tiket pergi-pulang sebesar Rp 60.000 (November 2008).
Selain itu, tiket yang sudah dibeli juga berlaku kapan saja, asalkan masih dalam tenggat waktu yang sudah ditentukan, yaitu satu bulan. Sesampainya di Tanjung Pinang, perjalanan sekitar 2 jam menuju Desa Sebong Lagoi, Kecamatan Teluk Sebong, dapat ditempuh dengan menggunakan taksi, mobil sewaan, atau jasa travel.
Di sekitar kawasan obyek wisata Sungai Sebong terdapat fasilitas-fasilitas seperti rumah penginapan yang dikelola penduduk setempat, warung makan, berbagai outlet yang menjual benda-benda kerajinan, sarana peribadatan, warung telekomunikasi, dan sebagainya.
Posisi obyek wisata Sungai Sebong yang menjadi salah satu bagian dari kawasan wisata terpadu Bintan Resort juga membuat obyek wisata ini dikelilingi fasilitas-fasilitas yang terbilang modern dan mewah, seperti hotel berbintang, bar, diskotik, salon kecantikan dan spa, serta beberapa lapangan golf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar